Di kedalaman hati manusia ada ruang sunyi tempat masa lalu sering menetap paling lama. Kita mengalami kebahagiaan dan ketenangan dan kita ingin terus mememiliki rasa kebahgiaan itu bahkan untuk selamanya. Namun di antara kebahagiaan terselip kekecewaan dan kegagalan. Di sana kegagalan belum sepenuhnya diterima, penyesalan berulang tanpa henti, dan luka perlahan mengeras menjadi beban batin. Ruang ini tidak terlihat, tersembunyi jauh di kedalaman jiwa namun kuat mengikat langkah. Kita menyebutnya perjalanan hidup, padahal kerap kali berubah menjadi penjara hidup. Dari sanalah jiwa merindukan sebuah awal baru bukan perubahan di permukaan, melainkan kelahiran kembali yang menyentuh inti terdalam yaitu Hati.
Kelahiran bukan sekadar peristiwa biologis, melainkan misteri suci tentang harapan yang diberi tubuh. Setiap kelahiran membawa pesan diam dari Sang Pencipta bahwa dunia ini belum selesai bahwa masih ada ruang untuk kebaikan, pertobatan, dan cinta yang diperbarui. Seorang bayi lahir tanpa membawa apa pun, namun justru di situlah kekayaannya: hati yang kosong, siap diisi oleh kasih dan kebenaran.
Kelahiran, dalam terang iman, menemukan puncak maknanya pada malam Natal: saat Allah memilih lahir sebagai manusia. Yesus tidak datang melalui gemerlap istana, melainkan dalam sunyi palungan; bukan disambut kuasa, melainkan keheningan dan kesederhanaan. Di sanalah kita belajar bahwa Tuhan tidak masuk ke dunia dengan kegagahan, tetapi dengan kesederhanaan yang penuh cinta.
Palungan menjadi simbol hati manusia: sempit, rapuh, sering kali berantakan. Namun justru di tempat seperti itulah Allah berkenan hadir. Natal mengajarkan bahwa Tuhan tidak menunggu hidup kita rapi untuk datang, Tuhan datang agar yang berantakan dipulihkan. Kelahiran Yesus adalah pernyataan abadi bahwa kasih Allah tidak mengenal syarat.
“Kristus lahir sekali di Betlehem, tetapi harus dilahirkan setiap hari dalam cara kita mengasihi.” Karena kelahiran Kristus yang adalah peristiwa inkarnasi berasal dari KASIH Allah untuk menyelamatkan umat manusia dalam cara yang sederhana dan sangat mudah dipahami oleh Bahasa dan situasi kita yang berbeda-beda.
Oleh:
Sr. Veronika Pricilla Lahea,SJMJ
Kristus lahir sekali di Betlehem, tetapi harus dilahirkan setiap hari dalam cara kita mengasihi
Bitung, 25 Desember 2025
