MY ADVENT: PENANTIAN, PENGHARAPAN DAN SUKACITA
Kita telah memasuki masa yang suci untuk menyambut kedatangan Tuhan kita Yesus Kristus. Dua hal menjadi fokus refleksi pada minggu-minggu awal masa Adven: Penantian dan Pengharapan. Dua hal ini akrab dengan pengalaman saya beberapa bulan terakhir ini.
Pada Peringatan St. Monika 27 Agustus 2025 saya menjalani operasi revisi tulang panggul, mengganti protese yang terpasang 18 tahun lalu karena sudah aus dan telah menimbulkan masalah waktu berjalan. Ketika sensasi obat bius hilang, saya merasa bahwa kaki yang dioperasi tidak dapat digerakkan ke samping dan ke atas (dorsofleksi-eversi). Pikirku masih pengaruh obat bius waktu operasi tetapi ternyata bukan! Drop foot. Dokter, fisioterapist memberikan harapan perkiraan foot drop itu sembuh. 2 minggu, sebulan, 3 bulan. Meleset! Setelah 3 bulan, kaki masih drop meski sudah diberikan treatment dan terapi. Manusia hanya memprediksi tetapi tidak dapat memastikan. Waktu itu ada di tangan Tuhan. Saya terinspirasi dengan “Advent Message” dari Mgr. Liessen, yang saya coba pahami dengan Bahasa Belanda saya yang sangat sedikit. Beliau berjuang dengan kanker di tengah kesibukan pelayanannya sebagai Uskup Breda di Belanda. Pertanyaan terbersit di dalam pikiran ketika menonton video beliau: Apakah Tuhan tidak mempertimbangkan tanggungjawabnya bagi umat Allah ketika memberikan sakit itu? Dan saya berkesimpulan sendiri: sakit tidak terhubung dengan tugas apa yang sedang kita laksanakan. Pengalaman sakit adalah personal, saat Tuhan berkehendak menumbuhkan iman dan penyerahan diri kita kepada-Nya. Kita yang kadang-kadang merasa “sayang sekali” (eman-eman, orang Jawa bilang!) ia masih dibutuhkan, diberikan sakit. Pertimbangan Tuhan berbeda dengan pertimbangan manusia.
Penantian dan pengharapan menjadi virtues yang ku hayati. Ups and downs. Dalam masa penantian kadang-kadang membosankan karena tidak tahu kapan harapan itu terwujud. Namun ketika penantian dijalani dengan ikhlas, kreatif dan sukacita menjadi masa rahmat, saat Tuhan mengisolasi saya untuk bertumbuh dalam iman dan keheningan… mengalami rasa sakit dalam keheningan. Saat itu saya dapat mendengarkan bahasa tubuh; sakit, nyeri, nyut-nyut, membaik. Itu ritmenya… Luar biasa! Sambil menanti, saya mencari aplikasi belajar Bahasa Belanda, mengerjakan tugas yang masih tertunda, menjalani terapi dan istirahat sesuai dengan nasehat dan bahasa tubuh. Kadang-kadang ada godaan membuat perencanaan dalam pikiran; semoga waktu itu datang cepat supaya saya dapat diizinkan pulang tetapi itu hanya memboroskan energi, Sebagai gantinya, saya menjalani dengan penuh kesabaran. Ada harapan! Seperti masa adven, dalam penantian ada Minggu Sukacita, maka ada waktu Tuhan yang membuatku mengalami “minggu sukacita”. Itu ujung dari penantian.
Tuhan mempunyai “saat” terbaik untuk menganugerahkan apa yang didoakan sesuai dengan kehendak-Nya. Harapan itu dari hari ke hari bertumbuh bersama dengan kepasrahan dan penyerahan kepada Kehendak-Nya. Ritme rahmat itu saya alami setiap hari sambil bersyukur atas setiap progress kecil yang terjadi dalam proses pemulihan. Seperti masa adven… God will come. He is on the way! as my advent: Recovery is on the way. (MK- Room 1105)
Oleh:
Sr. Monika Kalangi, SJMJ
Pertimbangan Tuhan berbeda dengan pertimbangan manusia.
Anjungan Pantai Losari – 4 Desember 2025
