Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Bunda Maria, Sahabat Perjalanan Orang Muda

“Siapa sangka bahwa seorang perempuan dari Nazaret yang hidup dua ribu tahun yang lalu bisa menjadi sahabat terdekatku di tahun 2025. Dalam masa novisiat ini, di tengah pencarian jati diri dan panggilan, aku menemukan bahwa Bunda Maria bukanlah patung dingin yang jauh di altar. Ia adalah sahabat yang mendampingi, memahami, dan berjalan bersama dalam setiap langkah petualangan iman sebagai orang muda.” Bunda Maria adalah sahabat perjalanan bagi orang muda di tengah zaman modern ini. Figur dan teladan  Bunda Maria, menjadi penuntun bagi saya menapaki hidup panggilan di tengah zaman ini. 

Sahabat yang memahami kebingungan kita sebelum menjadi Bunda Allah. Maria adalah seorang perempuan muda yang pasti juga punya rencana dan impian. Lalu datanglah malaikat Gabriel dengan kabar yang mengguncangkan hidupnya. Reaksinya? “Bagaimana hal itu mungkin terjadi?” (Luk 1:34). Ia tidak langsung paham sepenuhnya. Ia bertanya, ia bingung, ia mencari kejelasan. Sebagai orang muda, kita sering dihantui kebingungan: “Apa rencana Tuhan untukku? mau kuliah ? Pasangan hidup yang seperti apa? Panggilan hidup yang mana?” Maria mengajarkan bahwa boleh saja kita bingung dan bertanya kepada Tuhan. Keraguan bukanlah dosa, tetapi undangan untuk berdialog lebih dalam dengan Dia yang memanggil. Maria adalah sahabat yang mengerti betul perasaan ini dan menemani kita untuk, seperti dirinya, akhirnya berkata “Ya, terjadilah padaku menurut perkataanmu itu.”       

Maria menjadi sahabat yang mengajak kita untuk “Bergegas” Setelah kabar gembira. Maria tidak diam saja. Kitab Suci mencatat, “Maria bergegas ke pegunungan” (Luk 1:39) untuk menemui Elisabet. Dalam kebingungan dan sukacitanya, ia memilih untuk melayani. Ini relevan sekali untuk kita! Maria mengajak kita untuk tidak berpusat pada diri sendiri. Ketika galau akan masa depan, salah satu obat terbaik adalah pergi dan melayani. Keluar dari kamar, bergegas menuju teman yang sedang susah, sakit, terlibat dalam aksi sosial, atau sekadar membantu ibu membersihkan rumah. Dalam pelayanan, kita sering justru menemukan jawaban yang selama ini kita cari.

Maria Adalah sahabat yang Diam dan Merenung di Hati. Hal paling inspiratif dari Maria adalah caranya menghadapi hal yang tidak ia mengerti:”Tetapi Maria menyimpan segala perkara itu di dalam hatinya dan merenungkannya” (Luk 2:19). Perjalanan Bunda Maria pergi ke Elisabeth bukanlah hal mudah. Hal ini mengajak saya untuk semangat dan kuat walaupun dalam situasi yang sulit. Lewat perjumpaan dengan sesama dapat membawa kebahagiaan dan sukacita. Di komunitas, ketika ada orang tua teman yang berkunjung, saya ikut bahagia. Bagi saya, siapa pun orang tua yang datang adalah bagian dari keluarga saya. Perjumpaan dan kehadiran orang tua di komunitas semakin memberikan semangat baru dan motivasi bahwa saya didukung menjalani panggilan ini. Saya tidak takut untuk melangkah karena berjalan bersama teman-teman menuju satu tujuan.

Di dunia yang bising dengan media sosial, opini, dan ekspektasi orang lain, Maria adalah sahabat yang mengingatkan kita akan kekuatan keheningan. Daripada langsung memposting keluh kesah, kita diajak untuk menyimpannya sebentar di dalam hati, merenungkannya dalam doa, dan membicarakannya secara intim dengan Tuhan. Ia adalah model bagi kita semua untuk memiliki inner life (kehidupan batin) yang kaya dan tenang. Maria sahabat yang Hadir di Pesta dan di Bawah Salib Maria hadir dalam momen sukacita (Pesta Kana) dan juga dalam penderitaan terberat (berdiri di bawah salib Yesus). Inilah sifat seorang sahabat sejati: setia menemani dalam suka dan duka. Perjalanan Bunda Maria melewati banyak tantangan namun karena ketaatan dan kesetiaan pada Allah maka Bunda Maria berani untuk terus melangkah.

Sebagai orang muda, kita mengalami kedua hal ini. Pesta (sukacita kelulusan, pertemanan, prestasi) dan salib (kegagalan, penolakan, kesepian, kehilangan). Maria tahu rasanya kedua hal itu. Saat saya mengalami kekeringan rohani maupun tantangan dalam panggilan, saya selalu datang kepada Bunda Maria dan bercerita. Disitulah saya mengalami kelegaan dan semangat baru untuk bangkit. Kita bisa berdoa  kepadanya, “Bunda, di saat senang, bantu aku untuk bersyukur. Di saat susah, ajari aku untuk tetap berdiri dan setia seperti Bunda di bawah salib Putramu.” Masa muda adalah peziarahan. Seorang peziarah butuh sahabat yang bisa diajak bicara, yang mengerti jalannya, dan yang memberinya kekuatan. Maria adalah sahabat itu. Ia bukan tujuan, tetapi pemandu kita kepada Putranya, Yesus. Ia adalah sahabat perjalanan yang dengan lembut berkata, “Lakukanlah apa yang akan Dia katakan kepadamu” (Yoh 2:5).

Mari, di perjalanan kita masing-masing, kita undang Maria untuk menjadi sahabat. Bicaralah padanya seperti kepada seorang ibu atau kakak yang dipercaya. Ceritakan kegalauan, impian, dan ketakutanmu. Ia akan mendengarkan, merenungkannya dalam hatinya, dan membawanya kepada Yesus. Bunda Maria, sahabat dan bunda kami, doakanlah kami anak-anakmu yang sedang berjuang dan berziarah dalam menemukan kehendak-Mu. Amin

Oleh:

Sr. Claudia Salviani, SJMJ
Lakukanlah apa yang akan DIA katakan kepadamu.
Jetis, Yogyakarta – 10 Desember 2025

Leave a comment