Maria adalah nama yang tidak asing lagi bagi umat beriman. Sosok Bunda Maria yang dikenal tidak jauh dari Puteranya, Yesus Kristus. Ia merupakan orang yang dipanggil dan dipilih menjadi rekan sekerja Allah. Bagaimana tidak? Seluruh hidupnya berpasrah pada kehendak Allah. Seorang wanita yang memiliki peran penting dalam karya keselamatan Allah, berada di tengah-tengah kita. Di tengah perkembangan zaman yang tak menentu hadir sosok Maria. Teladannya terus hidup dalam diri umat kristiani terlebih bagi kaum muda. Hatinya siap mendengarkan dan menerima panggilan Allah, hati yang berani dan peduli untuk melayani, dan hati yang bertekun dalam duka. Hal ini merupakan pesan penting bagi kaum muda. Allah memanggil masing-masing dari kita untuk misi khusus.
Belajar dari Bunda Maria sejak menerima tugas perutusannya untuk mengandung, membesarkan hingga bersama Yesus di kayu salib bukanlah perkara yang mudah. Di usia yang masih terbilang sangat muda, dengan paras yang cantik begitu pula hatinya dengan mantap menjawab panggilan Tuhan “Sesungguhnya aku ini hamba Tuhan, jadilah padaku menurut perkataanmu ” (bdk. Luk. 1:38). Jawaban “Ya” Bunda Maria ini mengajarkan kepada kita untuk menyadari bahwa kita pula “hamba-hamba Allah”. Kita diajak untuk bercermin dari Maria yang memiliki kerendahan hati untuk mendengarkan dan menerima panggilan Allah. Ada yang terpanggil menjadi seorang insinyur, pejabat pemerintahan, entrepreneur ataupun yang memegang jabatan tinggi dan penting. Akan tetapi, sehebat dan sepintar apapun janganlah kita menjadi orang yang tinggi hati, sombong dan terlena dengan pencapaian kita. Segala yang kita miliki adalah sarana untuk melayani dengan hati. Hal ini tidak ada dalam diri Maria.
Lihatlah Bunda Maria! Ia berangkat ke daerah pegunungan dan mengunjungi saudarinya Elisabet (Luk 1:39). Perjalanan ke pegunungan bukanlah hal yang mudah bagi seorang gadis muda. Hal ini menunjukkan semangat Bunda Maria yang peduli dan berani demi orang lain. Di dunia yang serba “individualistis” ini, Bunda Maria hadir untuk menyadarkan orang muda keluar dari “istananya”. Sikap Maria mengingatkan untuk peka memberikan kasih yang aktif kepada sesama, terlebih mereka yang membutuhkan. Daripada mengisi waktu luang menyerukan hoax ataupun terlibat dalam pergaulan bebas, kita dapat melakukan lebih banyak hal baik. Aktif dalam kegiatan-kegiatan sosial seperti menjadi relawan, kerja bakti di lingkungan sekitar, memotivasi dan saling menghidupkan satu sama lain dengan menyuarakan isu-isu penting dan bermakna ketimbang berkontribusi hanya semakin memperkeruh keadaan.
Maria adalah sosok inspiratif bagi kita tentang kesetiaan. Bagaimana ia hadir dengan tetap tegar dan setia menemani Yesus selama perjalanan yang penuh penderitaan (Yoh. 19:25). Maria pasti mengalami luka yang sangat mendalam. Walaupun begitu mentalitas dan hati yang setia dari Bunda Maria sungguh menginspirasi kita semua. Terlebih dalam menghadapi berbagai macam tantangan dan cobaan dalam hidup untuk tidak takut. Kunci dari itu adalah setia. Setia di dunia saat ini menjadi mahal harganya. Sering kali dalam hubungan kekeluargaan, persahabatan hingga percintaan kaum muda menghadapi ujian kesetiaan. Tak jarang kita mendengarkan adanya perceraian, kekerasan ataupun perselingkuhan. Maria mengajarkan untuk setia bahkan di saat-saat tersulit, berada di sisi orang yang kita kasihi, menemani dan bersamanya dalam kesedihan bisa menjadi penghiburan bagi orang lain dan diri kita sendiri.
Mari orang muda, kosongkan hati dan mengisinya dengan kepedulian, berani dan setia kepada panggilan Allah. Kita bersyukur Allah memperkaya dan menganugerahi banyak talenta, bakat dan potensi sebagai modal menjadi “Maria-Maria” yang kreatif dan inovatif di zaman ini. Beranikah kita menjawab “YA” dengan lantang pada Allah menjadi agen pembawa pengharapan, kasih Allah di dunia? Bersama Maria kita mampu melakukan banyak hal baik, menjadikan hidup lebih bermakna dan menemukan berkat Allah yang melimpah dalam perjalanan hidup ini.
Kaum Muda maju terus. Menjadi instrument Allah seperti Maria? Siapa Takut.
Bunda Maria, doakanlah kami anak-anakmu. Amin.
Oleh:
Sr. Kenny Renate Senduk, SJMJ
Segala yang kita miliki adalah sarana untuk melayani dengan hati.
Yogyakarta – 18 Oktober 2025
