Skip to content Skip to footer

Berjalan bersama sebagai nabi-nabi pengharapan pada waktu fajar (Walking Together as prophetesses of hope at the dawn)

  1. Menghayati Kharisma dan Spiritualitas kongregasi secara otentik sebagai bentuk tanggung jawab menjaga warisan spiritual dari Pendiri dan suster-suster pendahulu.
  2. Menciptakan suasana komunitas yang memberi inspirasi, memancarkan sukacita, kelembutan, penerimaan dan penghargaan terhadap keanekaragaman sebagai kesaksian eskatologis Kerajaan Allah.
  3. Mencari cara-cara baru yang kreatif untuk merespons realitas-realitas dan kebutuhan-kebutuhan baru dari misi dan pelayanan, serta melibatkan para mitra misi.
  4. Mengembangkan bentuk-bentuk pembinaan baik pembinaan awal maupun pembinaan lanjut yang terbuka, integral, fleksibel dan berorientasi pada misi untuk mengalami pengalaman transformasi.
  5. Menerapkan kepemimpinan partisipatif, relasional dan kolaboratif dalam bentuk otoritas sinodal yang mengantar pada solidaritas dan tanggungjawab bersama.
  6. Berjalan bersama merawat integritas seluruh ciptaan.
  7. Membagikan talenta-talenta dan mewujudkan tanggung jawab sosial dalam mengembangkan kesejahteraan bersama melalui solidaritas satu sama lain dan dengan dunia.

TRILOGI SJMJ

"CINTA - SUKACITA - PELAYANAN"

IDENTITAS

“Bukan maksud saya menjadikan kamu wanita-wanita Kristen yang sejati. Karena kalau demikian kamu boleh tinggal di rumah dan menghayati hidupmu sebagai orang Kristen yang baik. Tetapi yang saya inginkan ialah agar kamu menjadi seorang religious penuh dedikasi dan engkau wujudkan dalam panggilanmu.” (RMK hal. 59-60)

“Apa yang saya minta dari kamu ialah bahwa kamu harus taat dalam segala-galanya sehingga kamu siap berangkat ke tempat di mana ketaatan mengutus engkau” (RMK hal, 61).

Komunitas merupakan sumber kekuatan penting yang daripadanya kita dapat menimba kekuatan untuk melaksanakan karya kerasulan kita. Ketika kita diutus ke tengah dunia, kita memberikan dukungan persaudaraan satu sama lain agar karya pelayanan kita dikuatkan oleh doa dan cinta dari komunitas. (Konst. Art.32, bdk. RMK hal. 11)

Sebagai Identitas yang kelihatan: Salib dan Cincin

Kalung SJMJ terdiri dari :

  1. Salib mengingatkan bahwa seorang suster SJMJ harus rela menderita bagi Yesus Sang Mempelai   (RMK hal. 84)
  2. Tali sepatu untuk menggantungkan salib melambangkan kegunaan dan kerelaan untuk diutus.
  3. Kalung SJMJ (terdiri dari Salib emas dan tali sepatu) melambangkan bahwa seorang suster SJMJ membawa cinta Tuhan yang sempurna melebihi emas, karenanya ia bersedia menderita dan memikulnya setiap hari dalam semangat kesederhanaan dan kesiapsediaan untuk diutus.
  4. Hati: Kristus memilih mati bagi kita, orang-orang berdosa, dan pilihan ini dibuat dalam kasih. Allah kasih menunjukkan-Nya yang besar kepada kita dengan mengutus Kristus untuk mati bagi kita ketika kita masih berdosa (Roma 5:8).
  5. Kerendahan Hati: Kematian Kristus merupakan tindakan kerendahan hati-Nya yang disengaja. Kristus tergantung pada kayu salib dengan suatu tujuan. Yesus menyatakan dirinya dalam ketaatan dan mati sebagai penjahat di kayu Salib (Filipi 2:7-8).
  6. Pengorbanan: Mengesampingkan Keilahian-Nya, Ia terlahir sebagai bayi yang tidak berdaya, sepenuhnya bergantung pada orang lain. Selama pelayanan publik-Nya, Dia dengan setia melaksanakan rencana Tuhan hingga kematian-Nya di kayu salib. (Roma 12:1–2).
  7. IHS (di satu sisi salib SJMJ)
    Christogram IHS (Iesus Hominum Salvator) adalah monogram yang melambangkan Yesus Kristus sebagai Juru Selamat. Pada tahun 1541 Santo Ignatius mengadopsi monogram IHS sebagai lambang untuk mewakili ordo barunya yang didirikan, Serikat Yesus.
    Pendiri Kongregasi SJMJ sebagai seorang Jesuit menggunakan monogram ini di satu sisi Salib untuk menunjukkan Yesus Kristus sebagai perwujudan kita semua.

Cincin dengan gambar Salib

  1. Mengingatkan suster SJMJ akan janjinya untuk tetap setia.  Ia harus selalu memikirkan  bahwa sebagaimana cincin itu tidak ada ujungnya, demikian pula seharusnya cintanya kepada Yesus.
  2. Gambar salib pada cincin SJMJ melambangkan jalan transformasi. Ini mengingatkan kita pada jalan sempit yang harus selalu kita pilih. Artinya mati dan bangkit bersama Kristus. St. Paulus mengatakan: “Saya telah disalibkan bersama Kristus. Bukan lagi aku yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku.” Galatia 2:20
  3. Salib Yesus pada cincin menyatakan bahwa cinta lebih kuat daripada kebencian, kasih sayang menang atas penindasan, dan kerentanan mengalahkan kekuasaan. Salib mengajak kita untuk menaruh kepercayaan kita kepada Tuhan, bahkan ketika menghadapi kekecewaan, penindasan, kekejaman dan kematian. Tuhan beserta kita. Tuhan merasakan dan sangat menderita bersama kita. Kami memakai cincin bertanda salib sebagai tanda komitmen total kami kepada Tuhan mengikuti jalan Kristus yang disalibkan dengan setia hingga akhir hidup kami.